Menu

Dark Mode
Momentum Hari Sumpah Pemuda: Pemerintah Percepat Program Magang Nasional Guna Tingkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Muda Indonesia Magang Nasional Dirancang Tanpa Pungutan Berikan Akses Terbuka bagi Semua Pemuda Indonesia Pemerintah Siapkan Rp1,1 Triliun untuk Gaji 100 Ribu Peserta Magang Nasional Demi Bangun Generasi Muda Unggul Generasi Muda Indonesia Siap Masuk Dunia Kerja Melalui Program Magang Nasional 2025 Program Magang Nasional Batch II Akan Segera Dibuka bagi Ribuan Pemuda   CKG Hadirkan Generasi Muda Sehat dan Sadar Kesehatan Sejak Dini

Berita

Wacana Pemakzulan Gibran Tidak Mungkin Dilakukan, Masyarakat Fokus Kawal Pemerintahan

badge-check


					Wacana Pemakzulan Gibran Tidak Mungkin Dilakukan, Masyarakat Fokus Kawal Pemerintahan Perbesar

Jakarta – Isu pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali mencuat ke ruang publik. Namun, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshiddiqie, menegaskan bahwa wacana tersebut nyaris mustahil untuk terjadi. Ia bahkan mengimbau masyarakat agar tidak larut dalam isu yang hanya menambah kegaduhan politik dan justru berpotensi menghambat kinerja pemerintahan yang baru berjalan.

“Sudah tiga partai tolak pemakzulan. Apa tidak cukup untuk yakinkan, pemakzulan tidak mungkin terjadi?” kata Jimly kepada wartawan. Ia menyebut bahwa secara politik, tidak ada pijakan kuat untuk melanjutkan proses pemakzulan karena kurangnya dukungan dari partai-partai besar di parlemen.

Menurut Jimly, fakta bahwa sudah ada tiga partai yang secara tegas menolak isu pemakzulan merupakan sinyal kuat bahwa hal tersebut tidak akan memiliki kekuatan politik untuk diwujudkan. Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, pemakzulan bukan hanya soal wacana, melainkan harus melalui mekanisme hukum dan politik yang ketat, serta membutuhkan dukungan mayoritas di DPR dan MPR.

Ia juga menyampaikan kekhawatiran bahwa energi masyarakat terlalu banyak dihabiskan untuk membahas isu-isu yang tidak produktif. “Maka lebih baik perhatian dan kemarahan diarahkan untuk awasi kinerja pemerintah sekarang,” ujarnya. Jimly menekankan pentingnya partisipasi publik dalam mengawal jalannya pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran agar tetap berada pada jalur yang benar dan transparan.

Jimly, yang juga pakar hukum tata negara, mengingatkan bahwa pelajaran penting dari Pilpres 2024 adalah perlunya konsolidasi demokrasi, bukan memperpanjang konflik yang tidak membawa manfaat. Ia mengajak masyarakat untuk mulai berpikir ke depan dan menyiapkan diri menyambut Pilpres 2029 dengan lebih matang dan konstruktif.

“Persiapan untuk Pilpres lagi pada 2029 agar pengalaman pahit 2024 jangan terulang dan lebih penting antisipasi untuk perbaikan sistem ke depan,” tegasnya.

Dalam penutup pernyataannya, Jimly mengajak publik untuk kembali fokus pada hal yang lebih substansial, yakni pengawasan terhadap kebijakan pemerintah. Ia menilai bahwa kritik dan kontrol publik terhadap Prabowo-Gibran jauh lebih berdampak daripada terjebak dalam wacana pemakzulan yang tidak realistis.

Dengan demikian, narasi pemakzulan Gibran sebaiknya tidak lagi diperpanjang. Fokus utama masyarakat saat ini adalah memastikan bahwa pemerintahan baru dapat bekerja secara efektif, akuntabel, dan mampu membawa perubahan nyata bagi rakyat.

Facebook Comments Box

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Momentum Hari Sumpah Pemuda: Pemerintah Percepat Program Magang Nasional Guna Tingkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Muda Indonesia

23 October 2025 - 13:19

Pemerintah Siapkan Rp1,1 Triliun untuk Gaji 100 Ribu Peserta Magang Nasional Demi Bangun Generasi Muda Unggul

23 October 2025 - 09:56

CKG Hadirkan Generasi Muda Sehat dan Sadar Kesehatan Sejak Dini

23 October 2025 - 09:56

Generasi Muda Indonesia Siap Masuk Dunia Kerja Melalui Program Magang Nasional 2025

23 October 2025 - 09:56

Generasi Muda Siap Tumbuh Sehat Melalui Program CKG Masuk Sekolah

23 October 2025 - 09:56

Trending on Berita