Menu

Dark Mode
Kesiapan Pemerintah Kawal Kelancaran PSU dan Pilkada Ulang Mengapresiasi Upaya Pemerintah Pastikan Pelaksanaan PSU Aman dan Kondusif Melalui Desk Koordinasi Pilkada Serentak, Pemerintah Terus Kawal Pelaksanaan PSU Sesuai Ketentuan Pemerintah Pastikan Stabilitas Politik dan Keamanan dalam Pelaksanaan PSU Danantara dan INA Perkuat Ekosistem Baterai Listrik untuk Transisi Energi Danantara Terus Jajaki Peluang Bisnis Melalui Sejumlah Proyek Strategis

Berita

Narasi ‘Indonesia Gelap’ Terbukti Menyesatkan

badge-check


					Narasi ‘Indonesia Gelap’ Terbukti Menyesatkan Perbesar

JAKARTA – Di tengah dinamika global dan tantangan ekonomi nasional, narasi pesimistik bertajuk “Indonesia Gelap” dinilai sebagai bentuk provokasi yang menyesatkan dan berpotensi memecah belah bangsa. Sejumlah tokoh nasional menegaskan pentingnya membangun optimisme kolektif sebagai kekuatan utama dalam menghadapi berbagai tantangan kebangsaan.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr. KH. Marsudi Syuhud, MM, menyampaikan bahwa masyarakat harus cerdas dalam menyikapi berbagai narasi yang beredar di ruang publik. Ia menekankan bahwa ajaran agama mengajarkan umat untuk saling menguatkan, bukan saling menyalahkan. Menurutnya, narasi pesimisme seperti “Indonesia Gelap” justru menghambat semangat gotong royong dan pembangunan.

“Masyarakat harus bijak. Keinginan manusia memang tidak terbatas, namun kemampuan dan anggaran negara tentu terbatas. Di sinilah pentingnya keseimbangan antara keinginan dan kenyataan,” ujar KH. Marsudi.

Lebih lanjut, ia mengapresiasi sikap transparan pemerintah dalam menyampaikan tantangan serta strategi pembangunan ke depan. Ia menilai Presiden Prabowo Subianto telah menunjukkan komitmen kuat terhadap optimisme nasional dengan pendekatan yang realistis namun penuh harapan.

“Pemerintah sudah terbuka, menjelaskan tantangan dan strategi secara jujur. Jangan sampai kita terpancing narasi negatif yang hanya menumbuhkan rasa takut dan perpecahan,” lanjutnya. Ia juga mengingatkan pentingnya bersyukur dalam keterbatasan, demi menemukan solusi bersama.

Senada dengan itu, pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Dr. Aditya Perdana, menekankan pentingnya menjaga keutuhan bangsa melalui sinergi yang kuat antara masyarakat dan pemerintah. Ia menyebut keberhasilan Presiden Prabowo dalam merangkul kekuatan politik nasional sebagai fondasi untuk menciptakan pemerintahan yang inklusif dan stabil.

“Presiden Prabowo telah menunjukkan sikap terbuka terhadap kritik. Ini mencerminkan demokrasi yang sehat. Justru yang diperlukan saat ini adalah komunikasi jujur agar masyarakat tidak kecewa oleh ekspektasi yang terlalu tinggi,” jelas Aditya.

Ia juga mengingatkan bahwa kekompakan nasional saat menghadapi pandemi COVID-19 patut dijadikan contoh. Kala itu, kerja sama antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat mampu menghasilkan kebijakan yang efektif.

“Kita butuh kembali ke semangat seperti saat pandemi: gotong royong, komunikasi intensif, dan rasa saling percaya. Para kiai dari pusat hingga kampung saling bahu-membahu,” kenang KH. Marsudi.

Para tokoh sepakat bahwa kritik tetap diperlukan dalam demokrasi, namun harus disampaikan secara konstruktif dan tidak bersifat memecah belah. Semangat optimisme, persatuan, dan tanggung jawab bersama dinilai sebagai kunci menuju masa depan Indonesia yang lebih cerah dan sejahtera.

Facebook Comments Box

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Melalui Desk Koordinasi Pilkada Serentak, Pemerintah Terus Kawal Pelaksanaan PSU Sesuai Ketentuan

1 July 2025 - 22:51

Pemerintah Pastikan Stabilitas Politik dan Keamanan dalam Pelaksanaan PSU

1 July 2025 - 22:51

Pemerintah Dorong Transisi Energi Melalui Danantara

1 July 2025 - 22:51

Danantara Buka Peluang Investasi Ekosistem Proyek Baterai Mobil Listrik

1 July 2025 - 22:51

UU TNI Dirancang Sesuai Aturan Hukum dan Prinsip Keterbukaan

1 July 2025 - 22:51

Trending on Berita