Jakarta – Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 menjadi momentum reflektif bagi bangsa untuk meneguhkan kembali semangat persatuan dan tekad membangun Indonesia maju melalui Pengembangan SDM Unggul dan berdaya saing.
Tokoh Pemuda Papua, Billy Mambrasar, yang juga Anggota Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua, Billy Mambrasar menilai berbagai program pemerintah, merupakan langkah konkret membangun generasi muda yang unggul dan berdaya saing global.
“Spirit Sumpah Pemuda harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk nyata rasa cinta tanah air, tanggung jawab sosial, dan partisipasi aktif dalam pembangunan bangsa”, kata Billy dalam kesempatan dialog di salah satu stasiun TV Swasta di Jakarta pada Selasa (28/10).
Dirinya sangat mengapresiasi program-program pemerintahan Prabowo karena berfokus pada pembangunan dan pengembangan SDM, seperti MBG, sekolah rakyat dan petani milenial.
Disisi lain, Billy menyebut, program pembangunan sumber daya manusia tidak bisa diukur keberhasilannya dalam waktu singkat.
“Petani menyediakan MBG, kemudian dikelola orang lokal untuk sekolah, dan semuanya menjadi satu kesatuan dengan dampak yang tidak bisa terukur dalam jangka pendek, karena ini pembangunan manusia butuh 10-20 tahun untuk Indonesia memanen nanti,” tutur Billy.
Billy mencontohkan SD Inpres era Presiden Soeharto yang baru terbukti dampaknya setelah 30 tahun, bahkan menjadi objek penelitian pemenang Nobel Ekonomi karena berhasil mengurangi kemiskinan ekstrem di Indonesia.
Dalam dialog bertema “Peringati Sumpah Pemuda Ke-97, Komitmen Prabowo-Gibran Sambut Indonesia Emas 2045 Melalui Peningkatan Kualitas Sdm”, Tenaga Ahli Hariqo Wibawa Satria juga mengungkapkan pencapaian luar biasa dari Program MBG oleh pemerintah.
“Program MBG, sekarang penerima manfaatnya sudah 37 juta orang, dan telah melahirkan tenaga kerja baru sudah bekerja, dan sudah melahirkan 12 ribu dapur SPPG dan jutaan orang tua dan sekian ribu UMKM,” tuturnya.
Selain program Makan Bergizi Gratis, pemerintah juga melaksanakan revitalisasi sekolah dengan anggaran mencapai Rp22 triliun.
“Ada anggaran 22 triliun untuk revitalisasi sekolah dan melahirkan tenaga kerja baru 400 ribu orang. Ini revitalisasi sekolah terbesar sepanjang era reformasi,” ungkap Hariqo.
Selain itu, Harico sangat mengapresiasi Program Sekolah Rakyat, yang kini telah berdiri sebanyak 166 sekolah dengan lebih dari 15.000 murid dari keluarga miskin ekstrem, yang seluruhnya mendapat fasilitas lengkap, mulai dari asrama, seragam, hingga laptop.
“Seluruh kebijakan ini bertujuan membentuk generasi dengan tiga pilar utama, tubuh sehat dan berumur panjang, akhlak baik dan otak cerdas, serta pendapatan tinggi pada tahun 2045,” katanya.






